Oleh : Taufik Abdullah (Tim Pusat Pengembangan Sekolah & Tenaga Pendidik Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa)
“Anda tidak bisa mengajarkan apa yang Anda mau, Anda tidak bisa mengajarkan apa yang Anda tahu. Anda hanya bisa mengajarkan siapa Anda” – Soekarno
Pendidikan karakter pasti bukan hal baru bagi guru, bahkan pembahasan ini sudah lama ditinggalkan, namun adakah yang merasa bahwa sejatinya pembahasan dan pengaplikasiannya masih belum maksimal? Pak Erie Sudewo (Pendiri Character Building Institute) pernah bertutur bahwa “Semua sekolah di dunia, fokus pada peningkatan kompetensi. Pendidikan karakter dilupakan. Kalaupun ada sebatas mempelajari, bukan mendidik menjadi lebih baik. Karakter Bukan Diajarkan, Namun Dididik.
Pendidikan karakter ini menjadi penting karena menjadi fondasi dalam melangkah. Tidakkah kita melihat, fenomena remaja yang semakin jauh dari kewajaran. Masalah bangsa ini makin menggunung karena ketiadaan karakter. Maka perlu adanya pendidikan karakter yang diintegrasikan kedalam semua aspek kehidupan. Lalu pertanyaannya adalah, apa dan bagaimana pendidikan karakter ini bisa dididik ? ini menjadi PR buat kita bersama.
Membangun Karakter Baik Siswa-Siswanya
Bagi siswa tentunya sarat akan hal-hal mendasar yang ditanamkan sejak dini yang pada akhirnya menjadi sebuah bawaan diri atau kebiasaan yang tak lekang oleh perubahan zaman. Oleh karena itu, hendaknya guru memiliki cara-cara atau kegiatan yang lebih real dan melekat dalam kebiasaan sehari-hari untuk membangun karakter baik siswa-siswanya.
Sebelum memberikan pendidikan karakter, modal utamanya adalah guru juga harus memiliki karakter pada dirinya. Karakter itu tidak diajarkan namun mesti dididik, yang sekarang terjadi karkater diajarkan, knowing. Jika beriorientasi pada doing, nah ini proses pendidikan karakter, best practice. Kesulitan dan kusuksesan adalah 2 hal yang membentuk karakter.
Nah, tiap detik episode hidup kita, bukan itu pendidikan karakter ? jika bicara lingkungan formal seperti sekolah, perlu dibuat sistem agar bisa sustain dan terukur perkembangannya. Karakter Bukan Diajarkan, Namun Dididik.
Diperlukan Contoh yang Signifikan Dalam Perilaku
Membangun karakter diperlukan contoh yang signifikan dalam perilaku, bukan hanya teori, ucapan, atau penambahan nilai-nilai di lesson plan saja. Melainkan mulai berbuat dan melakukan sesuatu yang benar-benar nyata. Penanaman karakter kepada peserta didik bisa dilakukan dalam tiga tahapan.
Pertama, memberikan pemahaman atau penyadaran akan penting karakter dalam diri. Mengutip dari buku Character Building, karakter yang perlu dipupuk sejak dini adalah karakter dasar, pertama tidak egois, kedua jujur, dan ketiga disiplin.
Tiga karakter dasar ini menjadi fondasi, ibarat seperti bangunan rumah. Rumah jika memiliki fondasi yang kuat, maka daya tahan terhadap terpaan angin juga akan sangat kuat. Karakter dasar menjadi kokoh karena ditopang olah nilai – nilai yang dibarengi dengan penyadaran.
Karakter Dasar Bisa Diintegrasikan
Dengan pemahaman yang baik inilah, akan terbentuk karakter. Hanya saja bicara nilai berarti bicara sesuatu yang tidak tampak, karena tidak tampak inilah cara memberi pemahaman adalah dengan teladan dari sang guru. Memberikan pemahaman tentang karakter ini bisa melalui cerita. Beberapa waktu yang lalu, saya diminta mengisi dongeng disalah satu sekolah yang tergolong marginal di daerah bogor, melalui kegiatan mendongeng, pemahaman tentang nilai dan karakter dasar bisa diintegrasikan.
Anak-anak akan lebih senang dan bisa berimajinasi melalui cerita yang disampaikan, tanpa ada rasa paksaan dari guru. Kedua, memberikan pendidikan dengan keteladanan. Karakter dibangun dengan keteladanan dari hal-hal kecil yang sederhana. Kalau di PAUD atau jenjang sekolah dasar, kelas dimulai dengan pembiasaan baik, tidak diajarkan melalui teks book namun memberi contoh dan itu harus di tanamkan sejak kecil dan dibiasakan setiap hari, di rumah dan di sekolah sebagai guru dan orang tua juga harus bisa menyediakan dan memfasilitasi anaknya dengan lingkungan yang bisa membangun karakter yang telah di bangun terhadap anak.
Menyediakan dan Memfasilitasi Anaknya
Karena lingkungan berperan cukup penting dalam pembentukan karakter anak. Dan yang pasti karakter yang dibangung tidak bisa dipisah dari karakter yang diajarkan Rasululllah SAW. Contoh kecil saja adalah anak-anak diajarkan makan dan minum dengan tangan kanan serta duduk.
Saya punya sedikit pengalaman ketika ditugaskan mengajar selama satu tahun di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) di Kabupaten Way Kanan – Lampung. Kampung Tanjung Kurung namanya. Kampung ini indah dengan pontensi alamnya.
Saya mengajar di SDN 3 Tanjung Kurung yang secara umum kondisi fisik sekolah tersebut tergolong bagus. Namun ketika melihat lebih dalam, manajemen sekolah, dan cara mengajar gurunya jauh dari yang diharapakan pemerintah.
Guru Lulusan Penyetaraan Paket C dengan Gaji yang Minim
Ini tidak terlepas dari pendidikan gurunya. Ada 7 orang guru yang mengajar, 3 diantaranya guru lulusan Sarjana, dan 4 diantaranya guru lulusan penyetaraan paket C dengan gaji yang minim. Ketika sampai di sekolah ini, tidak ada sapaan dan sambutan yang hangat dari siswa-siswanya. Hanya beberapa guru yang menyambut kedatangan saya. Barang – barang yang cukup banyak harus saya angkat sendiri dibantu beberapa guru, tidak ada anak-anak yang membantu.
Tak seorang pun diantara anak-anak yang berebut untuk bersalaman dengan saya ketika itu. Ini contoh penanaman karakter yang tidak dibangun dengan keteladanan yang jelas dari guru, banyak diantara anak-anak yang masih acuh, dan tidak peduli dengan sesama. Dari kisah ini bahwa penting adanya keteladanan yang kuat dari guru sehingga diharapkan nilai – nilai karakter akan kuat tertanam.
Tugas Utama Guru Adalah Memberikan Keteladanan dalam Bersikap
Ketiga, pembiasaan dan budaya yang mendukung. Pendidikan karakter butuh ruang pembiasaan yang berkesinambungan untuk diterapkan. Sekolah harus membuat budaya pembiasaan karakter agar anak-anak terus melakukan dalam aktivitasnya setiap hari. Bila anak ingin ditanamkan cinta kebersihan, ada pembiasaan terkait cinta kebersihan yang mesti ditegakkan oleh sistem sekolah, dan diikuti guru baik di dalam dan di luar kelas. Sekolah perlu membuat sistem agar bisa sustain dan terukur perkembangannya.
Tugas utama guru adalah memberikan keteladanan dalam bersikap. Guru mampu memerankan diri menjadi pengajar, pendidik, dan pemimpin. Anugerah terindah akan didapat oleh murid yang senantiasa mencontoh sikap gurunya. Sebagai pengajar guru bisa mewariskan ilmunya, dalam mendidik guru mewariskan keteladanan. Maka, tetaplah memberi keteladanan.